usaha berhasil

Senin, 04 Februari 2013

Aksi Pelarian Diri Narapidana Cilik yang Tergolong Cerdik




          Siapa pun tidak akan menyangka kalau anak berusia 8 tahun yang tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dapat membunuh dan melarikan diri dari dari sel dengan cara-cara yang cerdik. Sebut saja namanya Rafi.

Sebenarnya Rafi adalah anak yang cerdas. Ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jagobermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat kanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh
Waktu itu Rafi belum genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang ‘keamanan’ yang begitu tinggi. Berita ini rupanya sampai di telinga Rafi. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut.

Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya. “siapa yang bunuh ayah saya!” teriaknya kepada orang yang ada di empat itu.

“Gue terus kenapa?” ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. Rafi pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke kantor polisi.

“Rafi nih sering bikin repot petugas di Lapas!” ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai Rafi sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.

Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam Rafi menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Rafi. Ia berhasil keluar dari penjara.

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawa panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, Rafi selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk Rafi. Ia keluar penjara ke dua kalinya.

Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Rafi yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Rafi memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur. Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Rafi.

Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelarianny a didorong dari rasa kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang!

Karena itu pula pada pelarian Rafi yang ketiga, kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Rafi. Hasilnya dua hari kemudian Rafi kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.

Ibu kepala, Rafi minta maaf, tapi Rafi kangen sama ibu Rafi. Tulisnya singkat. Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. 

Jadi seperti itulah aksi cerdiknya seorang bocah belum genap 8 tahun. Rasanya seperti menonton film The Shawshank Redemption (1994). saya hanya berandai-andai, jika saja polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Rafi) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.

Bookmark and Share

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q:

Posting Komentar

ojo lali komen'e yo...